Rajanya
para wali Syaikh Abdul Qodir Jailani. Siapakah dari kaum muslimin saat ini yang tidak mengenal sosok
ulama besar Syaikh Abdul Qodir Jaelani?
Nama yang sudah
mashur dan dikenal oleh para santri di pondok-pondok pesantren, bahkan dari
kalangan masyarakat awampun sosok dan nama Syaikh Abdul Qodir Jailani sudah
tidak asing lagi di telinga mereka.
Kemasyhuran nama
beliau ini disebabkan karena keutamaan dan jasa-jasa beliau terhadap umat dalam
menyebarkan dan membela aqidah ahlus sunnah wal jama’ah (hal ini bisa dilihat
dalam kitabnya yang terkenal “Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq”, bahkan beliau
pun telah membantah dengan tegas terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah).
Sehingga tidaklah
mengherankan jika nama Syaikh Abdul Qodir Jailani disanjung
dan dicintai oleh kaum muslimin, sampai saat sekarang ini. Beliau adalah
seorang alim yang beraqidah ahlus sunnah mengikuti jalan salafush shalih, lahir
di Baghdad pada tahun 470H, tepatnya di kota Jailan, karenanya di akhir nama
beliau ditambahkan kata al Jailani. Allah telah memberikan keberkahan dan
karomah kepadanya karena keimanan dan ketakwaannya. Hanya saja sebagian dari
kaum muslimin yang ghuluw (berlebih-lebih) dalam mengagungkan Syaikh
Abdul Qodir Jailani telah membuat kedustaan-kedustaan atas nama
beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan,
ajaran-ajaran dan keyakinan-keyakinan yang menyelisihi ajaran Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Sebagaimana
kedustaan-kedustaan atas nama Syaikh Abdul Qodir Jailani ini
telah tersebar di Indonesia yang dikemas dalam suatu acara atau budaya ritual
yang dikenal dengan nama “manaqiban”.
“Manaqiban” adalah
pembacaan autobiografi (riwayat hidup) Syaikh Abdul Qodir Jailani
untuk mengenang beliau dan mengambil hikmah dari kisah-kisah ritual yang beliau
alami dimasa hidupnya.
Kegiatan ini sudah
menjadi acara tradisi yang dianggap oleh mereka sebagai bentuk jalinan
kecintaan untuk terus-menerus menyambung tali silaturahmi dengan Syaikh
Abdul Qadir al Jailani yang dikenal dikalangan mereka dengan
“shulthonul auliya” (Rajanya para wali).
Banyak sekali
kisah-kisah palsu tentang karomah-karomah Syaikh Abdul Qodir Jailani dalam
manaqiban yang sering mereka baca, diantaranya adalah, kisah Syaikh
Abdul Qodir Jailani menghidupkan ayam yang telah mati, merebut ruh
yang telah dicabut oleh malakul maut di atas langit dan dikembalikan kejasadnya
semula, berdialog dengan kambing dll, semua kisah-kisah dusta tsb mereka
konsumsi mentah-mentah dan diyakini kebenarannya, lebih dari itu mereka
memiliki anggapan bahwa “Syaikh Abdul Qodir Jailani derajatnya
berada di atas Nabi Muhammad shalallohu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana halnya
(menurut mereka) bahwa Khidir yang menjadi wali Allah memiliki kedudukan,
wawasan dan ilmu yang lebih tinggi dari pada Musa yang menjadi Rasul Allah.
Sungguh argumen
yang sangat keliru, karena bertentangan dengan dalil-dalil syar’i yang
menyatakan bahwa Muhammad shalallohu ‘alaihi wa sallam adalah pemimpin para
nabi dan rasul, manusia yang paling mulya di sisi Allah dari seluruh manusia
dan makhluk lainnya.
Ada juga sebagian
mereka yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai
wasilah (perantara) dalam berdo’a kepada Allah, mereka beranggapan bahwa do’a
seseorang tidak akan dikabulkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
kecuali dengan perantaraan Syaikh Abdul Qodir Jailani.
Perbuatan ini merupakan salah satu dari yang membatalkan keislaman seorang
muslim menurut kesepakatan para ulama (ijma’), berdasarkan firman Allah di
dalam al quran,
“Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak
menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (az zumar:3)
Berikut adalah
kutipan dari ucapan seorang mursyid (pembimbing) di acara manaqiban suryalaya
Tasikmalaya,
“Meskipun
didalam manaqiban terdapat bermacam-macam karomah Syaikh Abdul Qodur Jailani yang berada diluar kebiasaan manusia, kita harus
percaya dan jangan ragu-ragu, karena itulah karomah. Di dalam al-Qur’anpun
bermacam-macam keluarbiasaan dari seorang manusia yang telah dimuliakan oleh
Allah bisa kita baca seperti dalam kisah Ashabul Kahfi, kisah Siti Maryam dan
lain-lain. Mereka bukanlah Rasul yang diberikan mu’jizat tapi hanya seorang
yang telah dimuliakan oleh Allah dengan karomahnya. Syaikh ‘Abdul Qodir
Jailani mengatakan, barang siapa yang ingin berhubungan denganku, ingin aku
sampaikan kepada Allah permohonanmu, maka ucapkanlah : Bismillaahi, ‘alaa
niyyati sayyidi syekh ‘abdul Qodir Jailani.” (Suatu pendustaan yang mengatas namakan syaikh Abdul Qodir
Jailani).
Sama halnya dengan
orang yang langsung meminta (berdo’a) kepada Syaikh Abdul Qodir Jailani
untuk dihilangkan kesempitan dan dipenuhi segala kebutuhannya. Inipun bentuk
pendholiman kepada Allah Ta’ala, karena doa adalah ibadah sedangkan ibadah itu
tidak boleh diperuntukkan kecuali hanya untuk Allah Ta’ala. Maka ketika meminta
(berdoa) kepada selain Allah berarti itu adalah syririk dan pendholiman yang
paling agung. Allah berfirman, “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan
hina dina” (Ghafir:60).
Selain itu,
merekapun senang memajang gambar syaikh Abdul Qodir Jailani di
setiap tempat penting/utama, karena mereka meyakini “ada keberkahan dari gambar
tsb”. Benarkah gambar yang mereka pajang itu, asli gambar Syaikh Abdul
Qodir Jailani ataukah rekaan?(Itupun masih tanda tanya).
Rasulullah
shalallohu alaihi wa sallam telah bersikap tegas dalam masalah ini, sebagaimana
diriwiyatkan dari Aisyah Radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah masuk menuju
saya dan saya menutup bilik dengan tirai tipis bergambar (dalam riwayat lain :
menggantungkan tirai tipis bergambar kuda bersayap…), maka ketika beliau melihatnya,
beliau -shalallohu ‘alaihi wa sallam- merobeknya dan dengan wajah merah padam,
beliau bersabda , “Hai Aisyah, manusia yang paling keras disiksa di Hari
Kiamat adalah mereka yang meniru ciptaan Allah.” Kata
Aisyah: “Maka kami memotong-motongnya lalu menjadikannya satu atau dua bantal.”
(Bukhori & Muslim).
Dalam riwayat yang
lain dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shalallohu
‘alaihi wa sallam bersabda: “ Malikat tidak masuk rumah
yang didalamnya ada anjing dan gambar” (HR Bukhari &
Muslim, dengan lafadz Muslim).”
Wal hasil, mereka
lebih senang merutinkan membaca “manaqiban” (kisah-kisah
dusta) daripada membaca Al quran (kalam Allah) yang mulya, sesungguhnya syetan
secara perlahan-lahan telah menggiring mereka untuk meninggalkan Al quran dan
sunnah serta menjadikan “manaqiban” sebagai pijakan hidup dan aqidah mereka.
Sungguh realita yang sangat menyedihkan sekali. Nas alulloha
alhidayata wattaufiqo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar